Jumat, 25 Februari 2011

PERGAULAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

PERGAULAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

Kesulitan kita - sebagaimana yang sering saya kemukakan -

ialah bahwa dalam memandang berbagai persoalan agama,

umumnya masyarakat berada dalam kondisi ifrath (berlebihan)

dan tafrith (mengabaikan). Jarang sekali kita temukan sikap

tawassuth (pertengahan) yang merupakan salah satu

keistimewaan dan kecemerlangan manhaj Islam dan umat Islam.



Sikap demikian juga sama ketika mereka memandang masalah

pergaulan wanita muslimah di tengah-tengah masyarakat. Dalam

hal ini, ada dua golongan masyarakat yang saling

bertentangan dan menzalimi kaum wanita.



Pertama, golongan yang kebarat-baratan yang menghendaki

wanita muslimah mengikuti tradisi Barat yang bebas tetapi

merusak nilai-nilai agama dan menjauh dari fitrah yang lurus

serta jalan yang lempang. Mereka jauh dari Allah yang telah

mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya untuk

menjelaskan dan menyeru manusia kepada-Nya.



Mereka menghendaki wanita muslimah mengikuti tata kehidupan

wanita Barat "sejengkal demi sejengkal, sehasta demi

sehasta" sebagaimana yang digambarkan oleh hadits Nabi,

sehingga andaikata wanita-wanita Barat itu masuk ke lubang

biawak niscaya wanita muslimah pun mengikuti di belakangnya.

Sekalipun lubang biawak tersebut melingkar-lingkar, sempit,

dan pengap, wanita muslimah itu akan tetap merayapinya. Dari

sinilah lahir "solidaritas" baru yang lebih dipopulerkan

dengan istilah "solidaritas lubang biawak."



Mereka melupakan apa yang dikeluhkan wanita Barat sekarang

serta akibat buruk yang ditimbulkan oleh pergaulan bebas

itu, baik terhadap wanita maupun laki-laki, keluarga, dan

masyarakat. Mereka sumbat telinga mereka dari

kritikan-kritikan orang yang menentangnya yang datang silih

berganti dari seluruh penjuru dunia, termasuk dari Barat

sendiri. Mereka tutup telinga mereka dari fatwa para ulama,

pengarang, kaum intelektual, dan para muslihin yang

mengkhawatirkan kerusakan yang ditimbulkan peradaban Barat,

terutama jika semua ikatan dalan pergaulan antara laki-laki

dan perempuan benar-benar terlepas.



Mereka lupa bahwa tiap-tiap umat memiliki kepribadian

sendiri yang dibentuk oleh aqidah dan pandangannya terhadap

alam semesta, kehidupan, tuhan, nilai-nilai agama, warisan

budaya, dan tradisi. Tidak boleh suatu masyarakat melampaui

tatanan suatu masyarakat lain.



Kedua, golongan yang mengharuskan kaum wanita mengikuti

tradisi dan kebudayaan lain, yaitu tradisi Timur, bukan

tradisi Barat. Walaupun dalam banyak hal mereka telah

dicelup oleh pengetahuan agama, tradisi mereka tampak lebih

kokoh daripada agamanya. Termasuk dalam hal wanita, mereka

memandang rendah dan sering berburuk sangka kepada wanita.



Bagaimanapun, pandangan-pandangan diatas bertentangan dengan

pemikiran-pemikiran lain yang mengacu pada Al-Qur'anul Karim

dan petunjuk Nabi saw. serta sikap dan pandangan para

sahabat yang merupakan generasi muslim terbaik.



Ingin saya katakan disini bahwa istilah ikhtilath

(percampuran) dalam lapangan pergaulan antara laki-laki

dengan perempuan merupakan istilah asing yang dimasukkan

dalam "Kamus Islam." Istilah ini tidak dikenal dalam

peradaban kita selama berabad-abad yang silam, dan baru

dikenal pada zaman sekarang ini saja. Tampaknya ini

merupakan terjemahan dari kata asing yang punya konotasi

tidak menyenangkan terhadap perasaan umat Islam. Barangkali

lebih baik bila digunakan istilah liqa' (perjumpaan),

muqabalah (pertemuan), atau musyarakrah (persekutuan)

laki-laki dengan perempuan.



Tetapi bagaimanapun juga, Islam tidak menetapkan hukum

secara umum mengenai masalah ini. Islam justru

memperhatikannya dengan melihat tujuan atau kemaslahatan

yang hendak diwujudkannya, atau bahaya yang

dikhawatirkannya, gambarannya, dan syarat-syarat yang harus

dipenuhinya, atau lainnya.



Sebaik-baik petunjuk dalam masalah ini ialah petunjuk Nabi

Muhammad saw., petunjuk khalifah-khalifahnya yang lurus, dan

sahabat-sahabatnya yang terpimpin.



Orang yang mau memperhatikan petunjuk ini, niscaya ia akan

tahu bahwa kaum wanita tidak pernah dipenjara atau diisolasi

seperti yang terjadi pada zaman kemunduran umat Islam.



Pada zaman Rasulullah saw., kaum wanita biasa menghadiri

shalat berjamaah dan shalat Jum'at. Beliau saw. menganjurkan

wanita untuk mengambil tempat khusus di shaf (baris)

belakang sesudah shaf laki-laki. Bahkan, shaf yang paling

utama bagi wanita adalah shaf yang paling belakang. Mengapa?

Karena, dengan paling belakang, mereka lebih terpelihara

dari kemungkinan melihat aurat laki-laki. Perlu diketahui

bahwa pada zaman itu kebanyakan kaum laki-laki belum

mengenal celana.



Pada zaman Rasulullah saw. (jarak tempat shalat) antara

laki-laki dengan perempuan tidak dibatasi dengan tabir sama

sekali, baik yang berupa dinding, kayu, kain, maupun

lainnya. Pada mulanya kaum laki-laki dan wanita masuk ke

masjid lewat pintu mana saja yang mereka sukai, tetapi

karena suatu saat mereka berdesakan, baik ketika masuk

maupun keluar, maka Nabi saw. bersabda:



"Alangkah baiknya kalau kamu jadikan pintu ini untuk wanita"



Dari sinilah mula-mula diberlakukannya pintu khusus untuk

wanita, dan sampai sekarang pintu itu terkenal dengan

istilah "pintu wanita."



Kaum wanita pada zaman Nabi saw. juga biasa menghadiri

shalat Jum'at, sehingga salah seorang diantara mereka ada

yang hafal surat "Qaf." Hal ini karena seringnya mereka

mendengar dari lisan Rasulullah saw. ketika berkhutbah

Jum'at.



Kaum wanita juga biasa menghadiri shalat Idain (Hari Raya

Idul Fitri dan Idul Adha). Mereka biasa menghadiri hari raya

Islam yang besar ini bersama orang dewasa dan anak-anak,

laki-laki dan perempuan, di tanah lapang dengan bertahlil

dan bertakbir.



Imam Muslim meriwayatkan dari Ummu Athiyah, katanya:



"Kami diperintahkan keluar (untuk menunaikan shalat dan

mendengarkan khutbah) pada dua hari raya, demikian pula

wanita-wanita pingitan dan para gadis."



Dan menurut satu riwayat Ummu Athiyah berkata:



"Rasulullah saw. menyuruh kami mengajak keluar kaum wanita

pada hari raya Fitri dan Adha, yaitu wanita-wanita muda,

wanita-wanita yang sedang haid, dan gadis-gadis pingitan.

Adapun wanita-wanita yang sedang haid, mereka tidak

mengerjakan shalat, melainkan mendengarkan nasihat dan

dakwah bagi umat Islam (khutbah, dan sebagainya). Aku (Ummu

Athiyah) bertanya, 'Ya Rasulullah salah seorang diantara

kami tidak mempunyai jilbab.' Beliau menjawab, 'Hendaklah

temannya meminjamkan jilbab yang dimilikinya.'"1



Ini adalah sunnah yang telah dimatikan umat Islam di semua

negara Islam, kecuali yang belakangan digerakkan oleh

pemuda-pemuda Shahwah Islamiyyah (Kebangkitan Islam). Mereka

menghidupkan sebagian sunnah-sunnah Nabi saw. yang telah

dimatikan orang, seperti sunnah i'tikaf pada sepuluh hari

terakhir bulan Ramadhan dan sunnah kehadiran kaum wanita

pada shalat Id.



Kaum wanita juga menghadiri pengajian-pengajian untuk

mendapatkan ilmu bersama kaum laki-laki di sisi Nabi saw.

Mereka biasa menanyakan beberapa persoalan agama yang

umumnya malu ditanyakan oleh kaum wanita. Aisyah r.a. pernah

memuji wanita-wanita Anshar yang tidak dihalangi oleh rasa

malu untuk memahami agamanya, seperti menanyakan masalah

jinabat, mimpi mengeluarkan sperma, mandi junub, haid,

istihadhah, dan sebagainya.



Tidak hanya sampai disitu hasrat mereka untuk menyaingi kaum

laki-laki dalam menimba-ilmu dari Rasululah saw. Mereka juga

meminta kepada Rasulullah saw. agar menyediakan hari

tertentu untuk mereka, tanpa disertai kaum laki-laki. Hal

ini mereka nyatakan terus terang kepada Rasulullah saw.,

"Wahai Rasulullah, kami dikalahkan kaum laki-laki untuk

bertemu denganmu, karena itu sediakanlah untuk kami hari

tertentu untuk bertemu denganmu." Lalu Rasulullah saw.

menyediakan untuk mereka suatu hari tertentu guna bertemu

dengan mereka, mengajar mereka, dan menyampaikan

perintah-perintah kepada mereka.2



Lebih dari itu kaum wanita juga turut serta dalam perjuangan

bersenjata untuk membantu tentara dan para mujahid, sesuai

dengan kemampuan mereka dan apa yang baik mereka kerjakan,

seperti merawat yang sakit dan terluka, disamping memberikan

pelayanan-pelayanan lain seperti memasak dan menyediakan air

minum. Diriwayatkan dari Ummu Athiyah, ia berkata:



"Saya turut berperang bersama Rasulullah saw. sebanyak tujuh

kali, saya tinggal di tenda-tenda mereka, membuatkan mereka

makanan, mengobati yang terluka, dan merawat yang sakit."3



Imam Muslim juga meriwayatkan dari Anas:



"Bahwa Aisyah dan Ummu Sulaim pada waktu perang Uhud sangat

cekatan membawa qirbah (tempat air) di punggungnya kemudian

menuangkannya ke mulut orang-orang, lalu mengisinya lagi."4



Aisyah r.a. yang waktu itu sedang berusia belasan tahun

menepis anggapan orang-orang yang mengatakan bahwa

keikutsertaan kaum wanita dalam perang itu terbatas bagi

mereka yang telah lanjut usia. Anggapan ini tidak dapat

diterima, dan apa yang dapat diperbuat wanita-wanita yang

telah berusia lanjut dalam situasi dan kondisi yang menuntut

kemampuan fisik dan psikis sekaligus?



Imam Ahmad meriwayatkan bahwa enam orang wanita mukmin turut

serta dengan pasukan yang mengepung Khaibar. Mereka memungut

anak-anak panah, mengadoni tepung, mengobati yang sakit,

mengepang rambut, turut berperang di jalan Allah, dan Nabi

saw memberi mereka bagian dari rampasan perang.



Bahkan terdapat riwayat yang sahih yang menceritakan bahwa

sebagian istri para sahabat ada yang turut serta dalam

peperangan Islam dengan memanggul senjata, ketika ada

kesempatan bagi mereka. Sudah dikenal bagaimana yang

dilakukan Ummu Ammarah Nusaibah binti Ka'ab dalam perang

Uhud, sehingga Nabi saw. bersabda mengenai dia, "Sungguh

kedudukannya lebih baik daripada si Fulan dan si Fulan."



Demikian pula Ummu Sulaim menghunus badik pada waktu perang

Hunain untuk menusuk perut musuh yang mendekat kepadanya.



Imam Muslim meriwayatkan dari Anas, anaknya (anak Ummu

Sulaim) bahwa Ummu Sulaim menghunus badik pada waktu perang

Hunain, maka Anas menyertainya. Kemudian suami Ummu Sulaim

Abu Thalhah, melihatnya lantas berkata, "Wahai Rasulullah,

ini Ummu Sulaim membawa badik." Lalu Rasululah saw. bertanya

kepada Ummu Sulaim, "Untuk apa badik ini? Ia menjawab, "Saya

mengambilnya, apabila ada salah seorang musyrik mendekati

saya akan saya tusuk perutnya dengan badik ini." Kemudian

Rasulullah saw. tertawa.5



Imam Bukhari telah membuat bab tersendiri didalam Shahih-nya

mengenai peperangan yang dilakukan kaum wanita.



Ambisi kaum wanita muslimah pada zaman Nabi saw. untuk turut

perang tidak hanya peperangan dengan negara-negara tetangga

atau yang berdekatan dengan negeri Arab seperti Khaibar dan

Hunain saja tetapi mereka juga ikut melintasi lautan dan

ikut menaklukkan daerah-daerah yang jauh guna menyampaikan

risalah Islam.



Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Anas bahwa

pada suatu hari Rasulullah saw. tidur siang di sisi Ummu

Haram binti Mulhan - bibi Anas - kemudian beliau bangun

seraya tertawa. Lalu Ummu Haram bertanya, "Mengapa engkau

tertawa, wahai Rasulullah?" Beliau bersabda, "Ada beberapa

orang dari umatku yang diperlihatkan kepadaku berperang fi

sabilillah. Mereka menyeberangi lautan seperti raja-raja

naik kendaraan." Ummu Haram berkata, "Wahai Rasulullah,

doakanlah kepada Allah agar Dia menjadikan saya termasuk

diantara mereka." Lalu Rasulullah saw. mendoakannya.6



Dikisahkan bahwa Ummu Haram ikut menyeberangi lautan pada

zaman Utsman bersama suaminya Ubadah bin Shamit ke Qibris.

Kemudian ia jatuh dari kendaraannya (setelah menyeberang)

disana, lalu meninggal dan dikubur di negeri tersebut,

sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli sejarah.7



Dalam kehidupan bermasyarakat kaum wanita juga turut serta

berdakwah: menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari

perbuatan munkar, sebagaimana firman Allah:



"Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan

sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang

lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah

dari yang munkar..." (at-Taubah: 71 )



Diantara peristiwa yang terkenal ialah kisah salah seorang

wanita muslimah pada zaman khalifah Umar bin Khattab yang

mendebat beliau di sebuah masjid. Wanita tersebut menyanggah

pendapat Umar mengenai masalah mahar (mas kawin), kemudian

Umar secara terang-terangan membenarkan pendapatnya, seraya

berkata, "Benar wanita itu, dan Umar keliru." Kisah ini

disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam menafsirkan surat

an-Nisa', dan beliau berkata, "Isnadnya bagus." Pada masa

pemerintahannya, Umar juga telah mengangkat asy-Syifa binti

Abdullah al-Adawiyah sebagai pengawas pasar.



Orang yang mau merenungkan Al-Qur'an dan hadits tentang

wanita dalam berbagai masa dan pada zaman kehidupan para

rasul atau nabi, niscaya ia tidak merasa perlu mengadakan

tabir pembatas yang dipasang oleh sebagian orang antara

laki-laki dengan perempuan.



Kita dapati Musa - ketika masih muda dan gagah perkasa -

bercakap-cakap dengan dua orang gadis putri seorang syekh

yang telah tua (Nabi Syusaib; ed.). Musa bertanya kepada

mereka dan mereka pun menjawabnya dengan tanpa merasa

berdosa atau bersalah, dan dia membantu keduanya dengan

sikap sopan dan menjaga diri. Setelah Musa membantunya,

salah seorang di antara gadis tersebut datang kepada Musa

sebagai utusan ayahnya untuk memanggil Musa agar menemui

ayahnya. Kemudian salah seorang dari kedua gadis itu

mengajukan usul kepada ayahnya agar Musa dijadikan

pembantunya, karena dia seorang yang kuat dan dapat

dipercaya.



Marilah kita baca kisah ini dalam Al-Qur'an:



"Dan tatkala ia (Musa) sampai di sumber air negeri Madyan ia

menjumpai disana sekumpulan orang yang sedang meminumi

(ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu,

dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa

berkata, 'Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu.?)' Kedua

wanita itu menjawab, 'Kami tidak dapat meminumi (ternak

kami), sebelum penggembala-penggembala itu memulangkan

(ternaknya), sedangkan bapak kami adalah orang tua yang

telah lanjut umurnya.' Maka Musa memberi minum ternak itu

untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat

yang teduh lalu berdoa, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat

memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.'

Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua

wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata, 'Sesungguhnya

bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap

(kebaikan)-mu memberi minum (ternak)kami.' Maka tatkala Musa

mendatangi bapaknya (Syu'aib) dan menceritakan kepadanya

cerita (mengenai dirinya), Syu'aib berkata, 'Janganlah kamu

takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.'

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, 'Ya bapakku,

ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena

sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk

bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat

dipercaya.'" (al-Qashash: 23-26)



Mengenai Maryam, kita jumpai Zakaria masuk ke mihrabnya dan

menanyakan kepadanya tentang rezeki yang ada di sisinya:



"... Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia

dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata, 'Hai Maryam,

dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?' Maryam menjawab,

'Makanan itu dari sisi Allah.' Sesungguhnya Allah memberi

rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab."(Ali

Imran: 37)



Lihat pula tentang Ratu Saba, yang mengajak kaumnya

bermusyawarah mengenai masalah Nabi Sulaiman:



"Berkata dia (Bilqis), 'Hai para pembesar, berilah aku

pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah

memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam

majlis-(ku).' Mereka menjawab, 'Kita adalah orang-orang yang

memilih kekuatan dan (juga) memilih keberanian yang sangat

(dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka

pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan.' Dia

berkata, 'Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu

negeri, niscaya mereka membinasakannya dan menjadikan

penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang

akan mereka perbuat." (an-Naml 32-34)



Berikut ini percakapan antara Bilqis dan Sulaiman:



"Dan ketika Bilqis datang, ditanyakantah kepadanya, 'Serupa

inikah singgasanamu?' Dia menjawab, 'Seakan akan

singgasanamu ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan

sebelumnya dan kamõ adalah orang-orang yang berserah diri.'

Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah,

mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), karena

sesungguhnya dia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir.

Dikatakan kepadanya, 'Masuk1ah ke dalam istana.' Maka

tatka1a ia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air

yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. Berkatalah

Sulaiman, 'Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari

kaca. 'Berkata1ah Bilqis, 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku

telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri

bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta

alam.'"(an-Naml: 42-44)



Kita tidak boleh mengatakan "bahwa syariat (dalam kisah di

atas) adalah syariat yang hanya berlaku pada zaman sebelum

kita (Islam) sehingga kita tidak perlu mengikutinya."

Bagaimanapun, kisah-kisah yang disebutkan dalam Al-Qur'an

tersebut dapat dijadikan petunjuk, peringatan, dan pelajaran

bagi orang-orang berpikiran sehat. Karena itu, perkataan

yang benar mengenai masalah ini ialah "bahwa syariat orang

sebelum kita yang tercantum dalam Al-Qur' an dan As-Sunnah

adalah menjadi syariat bagi kita, selama syariat kita tidak

menghapusnya."



Allah telah berfirman kepada Rasul-Nya:



"Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh

Allah, maka ikutilah petunjuk mereka ..." (al-An'am: 90)



Sesungguhnya menahan wanita dalam rumah dan membiarkannya

terkurung didalamnya dan tidak memperbolehkannya keluar dari

rumah oleh Al-Qur'an - pada salah satu tahap diantara

tahapan-tahapan pembentukan hukum sebelum turunnya nash yang

menetapkan bentuk hukuman pezina sebagaimana yang terkenal

itu - ditentukan bagi wanita muslimah yang melakukan

perzinaan. Hukuman ini dianggap sebagai hukuman yang sangat

berat. Mengenai masalah ini Allah berfirman:



"Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan keji,

hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu (yang

menyaksikannya). Kemudian apabila mereka telah memberi

persaksian, maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu) dalam

rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai memberi

jalan lain kepadanya." (an-Nisa': 15 )



Setelah itu Allah memberikan jalan bagi mereka ketika Dia

mensyariatkan hukum had, yaitu hukuman tertentu dalam syara'

sebagai hak Allah Ta'ala. Hukuman tersebut berupa hukuman

dera (seratus kali) bagi ghairu muhshan (laki-laki atau

wanita belum kawin) menurut nash Al-Qur'an, dan hukum rajam

bagi yang mahshan (laki-laki atau wanita yang sudah kawin)

sebagaimana disebutkan dalam As-Sunnah.



Jadi, bagaimana mungkin logika Al-Qur'an dan Islam akan

menganggap sebagai tindakan lurus dan tepat jika wanita

muslimah yang taat dan sopan itu harus dikurung dalam rumah

selamanya? Jika kita melakukan hal itu, kita seakan-akan

menjatuhkan hukuman kepadanya selama-lamanya, padahal dia

tidak berbuat dosa.



KESIMPULAN



Dari penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa

pertemuan antara laki-laki dengan perempuan tidak haram,

melainkan jaiz (boleh). Bahkan, hal itu kadang-kadang

dituntut apabila bertujuan untuk kebaikan, seperti dalam

urusan ilmu yang bermanfaat, amal saleh, kebajikan,

perjuangan, atau lain-lain yang memerlukan banyak tenaga,

baik dari laki-laki maupun perempuan.



Namun, kebolehan itu tidak berarti bahwa batas-batas

diantara keduanya menjadi lebur dan ikatan-ikatan syar'iyah

yang baku dilupakan. Kita tidak perlu menganggap diri kita

sebagai malaikat yang suci yang dikhawatirkan melakukan

pelanggaran, dan kita pun tidak perlu memindahkan budaya

Barat kepada kita. Yang harus kita lakukan ialah bekerja

sama dalam kebaikan serta tolong-menolong dalam kebajikan

dan takwa, dalam batas-batas hukum yang telah ditetapkan

oleh Islam. Batas-batas hukum tersebut antara lain:



1. Menahan pandangan dari kedua belah pihak. Artinya, tidak

boleh melihat aurat, tidak boleh memandang dengan syahwat,

tidak berlama-lama memandang tanpa ada keperluan. Allah

berfirman:



"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman,

'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara

kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi

mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang

mereka perbuat.' Katakanlah kepada wanita yang beriman,

'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara

kemaluannya ..."(an-Nur: 30-31)



2. Pihak wanita harus mengenakan pakaian yang sopan yang

dituntunkan syara', yang menutup seluruh tubuh selain muka

dan telapak tangan. Jangan yang tipis dan jangan dengan

potongan yang menampakkan bentuk tubuh. Allah berfirman:



"... dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali

yang biasa tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka

menutupkan kain kudung ke dadanya ..." (an-Nur: 31 )



Diriwayatkan dari beberapa sahabat bahwa perhiasan yang

biasa tampak ialah muka dan tangan.



Allah berfirman mengenai sebab diperintahkan-Nya berlaku

sopan:



"... Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk

dikenal, karena itu mereka tidak diganggu ..." (al-Ahzab:

59)



Dengan pakaian tersebut, dapat dibedakan antara wanita yang

baik-baik dengan wanita nakal. Terhadap wanita yang

baik-baik, tidak ada laki-laki yang suka mengganggunya,

sebab pakaian dan kesopanannya mengharuskan setiap orang

yang melihatnya untuk menghormatinya.



3. Mematuhi adab-adab wanita muslimah dalam segala hal,

terutama dalam pergaulannya dengan laki-laki:



a. Dalam perkataan, harus menghindari perkataan yang merayu

dan membangkitkan rangsangan. Allah berfirman:



"... Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga

berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan

ucapkanlah perkataan yang baik." (al-Ahzab: 32)



b. Dalam berjalan, jangan memancing pandangan orang. Firman

Allah:



"... Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui

perhiasan yang mereka sembunyikan..." (an-Nur: 31)



Hendaklah mencontoh wanita yang diidentifikasikan oleh Allah

dengan firman-Nya:



"Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua

wanita itu berjalan kemalu-maluan ..." (al-Qashash: 25)



c. Dalam gerak, jangan berjingkrak atau berlenggak-lenggok,

seperti yang disebut dalam hadits:



"(Yaitu) wanita-wanita yang menyimpang dari ketaatan dan

menjadikan hati laki-laki cenderung kepada kerusakan

(kemaksiatan).8 HR Ahmad dan Muslim)



Jangan sampai ber-tabarruj (menampakkan aurat) sebagaimana

yang dilakukan wanita-wanita jahiliah tempo dulu atau pun

jahiliah modern



4. Menjauhkan diri dari bau-bauan yang harum dan warna-warna

perhiasan yang seharusnya dipakai di rumah, bukan di jalan

dan di dalam pertemuan-pertemuan dengan kaum laki-laki.



5. Jangan berduaan (laki-laki dengan perempuan) tanpa

disertai mahram. Banyak hadits sahih yang melarang hal ini

seraya mengatakan, 'Karena yang ketiga adalah setan.'



Jangan berduaan sekalipun dengan kerabat suami atau istri.

Sehubungan dengan ini, terdapat hadits yang berbunyi:



"Jangan kamu masuk ke tempat wanita." Mereka (sahabat)

bertanya, "Bagaimana dengan ipar wanita." Beliau menjawab,

"Ipar wanita itu membahayakan." (HR Bukhari)



Maksudnya, berduaan dengan kerabat suami atau istri dapat

menyebabkan kebinasaan, karena bisa jadi mereka duduk

berlama-lama hingga menimbulkan fitnah.



6. Pertemuan itu sebatas keperluan yang dikehendaki untuk

bekerja sama, tidak berlebih-lebihan yang dapat mengeluarkan

wanita dari naluri kewanitaannya, menimbulkan fitnah, atau

melalaikannya dari kewajiban sucinya mengurus rumah tangga

dan mendidik anak-anak.



Catatan kaki:



1 Shahih Muslim, "Kitab Shalatul Idain," hadits nomor 823.

2 Hadits riwayat Bukhari dalam Shahih-nya, "Kitab al-Ilm."

3 Shahih Muslim, hadits nomor 1812.

4 Shahih Muslim, nomor 1811.

5 Shahih Muslim, nomor 1809.

6 Shahih Muslim, hadits nomor 1912.

7 Lihat Shahih Muslim pada nomor-nomor setelah hadits

di atas. (penj.).

8 Mumiilat dan Maailaat mengandung empat macam pengertian.

Pertama, menyimpang dari menaati Allah dan tidak mau

memenuhi kewajiban-kewajibannya seperti menjaga kehormatan

dan sebagainya, dan mengajari wanita lain supaya berbuat

seperti ite. Kedua, berjalan dengan sombong dan melenggak-

lenggokkan pundaknya (tubuhnya). Ketiga, maailaat, menyisir

rambutnya sedemikian rupa dengan gaya pelacur.

Mumiilaat: menyisir wanita lain seperti sisirannya.

Keempat, cenderung kepada laki-laki dan berusaha menariknya

dengan menampakkan perhiasannya dan sebagainya

(Syarah Muslim, 17: 191 penj.).

adab Pakaian Muslimah

Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab Pakaian Muslimah (untuk lelaki dan wanita) yaitu:

1. Menutup aurat
AURAT lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan tapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Paha itu adalah aurat.” (Bukhari)

2. Tidak menampakkan tubuh
Pakaian Muslimah yang jarang sehingga menampakkan aurat Wanita Muslim tidak memenuhi syarat menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit, malah boleh merangsang nafsu orang yang melihatnya.
Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: “Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk.
Mereka tidak masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat dicium daripada jarak yang jauh.” (Muslim)3. Pakaian tidak ketat
TUJUANNYA adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan Wanita Muslim

4. Tidak menimbulkan riak
RASULULLAH SAW bersabda bermaksud: “Sesiapa yang melabuhkan pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah SWT tidak akan memandangnya pada hari kiamat.” Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Sesiapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat nanti.” (Ahmad, Abu Daud, an-Nasa’iy dan Ibnu Majah)

5. Lelaki, wanita berbeza
MAKSUDNYA pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas menerusi sabdanya yang bermaksud: “Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap perempuan.” (Bukhari dan Muslim)
Baginda juga bersabda bermaksud: “Allah melaknat lelaki berpakaian wanita atau Pakaian Murah Muslim dan wanita berpakaian lelaki.” ?(Abu Daud dan Al-Hakim).

6. Larangan pakai sutera
ISLAM mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: “Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat.” (Muttafaq ‘alaih)

7. Melabuhkan pakaian
CONTOHNYA seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak Wanita Muslimah yaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman bermaksud: “Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu serta Wanita Muslimah beriman, supaya mereka melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” ?(al-Ahzab:59)

8. Memilih warna sesuai
CONTOHNYA warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak bersih dan warna Pakaian Muslim ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW. Baginda bersabda bermaksud: “Pakailah Pakaian Muslim Putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain putih).” (an-Nasa’ie dan al-Hakim)

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan lihat di Pakaian Muslimah | Pakaian Murah | Muslimah Murah | Wanita Muslimah | Pakaian Muslim | Wanita Muslim dan Pakaian Muslimah Murah &Pakaian Muslimah : Wanita Muslimah&Pakaian Muslim Jawa Timur di 88db.com

PAKAIAN WANITA DALAM ISLAM

PAKAIAN WANITA DALAM ISLAM

Al-Quran paling tidak menggunakan tiga istilah untuk pakaian

yaitu, libas, tsiyab, dan sarabil. Kata libas ditemukan

sebanyak sepuluh kali, tsiyab ditemukan sebanyak delapan kali,

sedangkan sarabil ditemukan sebanyak tiga kali dalam dua ayat.



Libas pada mulanya berarti penutup --apa pun yang ditutup.

Fungsi pakaian sebagai penutup amat jelas. Tetapi, perlu

dicatat bahwa ini tidak harus berarti "menutup aurat", karena

cincin yang menutup sebagian jari juga disebut libas, dan

pemakainya ditunjuk dengan menggunakan akar katanya.



Ketika berbicara tentang laut, Al-Quran surat Al-Nahl (16): 14

menyatakan bahwa,



Dan kamu mengeluarkan dan laut itu perhiasan (antara

lain mutiara) yang kamu pakai.



Kata libas digunakan oleh Al-Quran untuk menunjukkan pakaian

lahir maupun batin, sedangkan kata tsiyab digunakan untuk

menunjukkan pakaian lahir. Kata ini terambil dari kata tsaub

yang berarti kembali, yakni kembalinya sesuatu pada keadaan

semula, atau pada keadaan yang seharusnya sesuai dengan ide

pertamanya.



Ungkapan yang menyatakan, bahwa "awalnya adalah ide dan

akhirnya adalah kenyataan", mungkin dapat membantu memahami

pengertian kebahasaan tersebut. Ungkapan ini berarti kenyataan

harus dikembalikan kepada ide asal, karena kenyataan adalah

cerminan dari ide asal.



Apakah ide dasar tentang pakaian?



Ar-Raghib Al-Isfahani --seorang pakar bahasa Al-Quran--

menyatakan bahwa pakaian dinamai tsiyab atau tsaub, karena ide

dasar adanya bahan-bahan pakaian adalah agar dipakai. Jika

bahan-bahan tersebut setelah dipintal kemudian menjadi

pakaian, maka pada hakikatnya ia telah kembali pada ide dasar

keberadaannya. Hemat penulis, ide dasar juga dapat

dikembalikan pada apa yang terdapat dalam benak manusia

pertama tentang dirinya.



Al-Quran surat Al-'Araf (7): 20 menjelaskan peristiwa ketika

Adam dan Hawa berada di surga:



Setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk

menampakkan pada keduanya apa yang tertutup dari

mereka, yaitu auratnya, dan setan berkata, "Tuhan kamu

melarang kamu mendekati pohon ini, supaya kamu berdua

tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang

yang kekal (di surga)."



Selanjutnya dijelaskan dalam ayat 22 bahwa:



...setelah mereka merasakan (buah) pohon (terlarang)

itu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan

mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga...



Terlihat jelas bahwa ide dasar yang terdapat dalam diri

manusia adalah "tertutupnya aurat", namun karena godaan setan,

aurat manusia terbuka. Dengan demikian, aurat yang ditutup

dengan pakaian akan dikembalikan pada ide dasarnya. Wajarlah

jika pakaian dinamai tsaub/tsiyab yang berarti "sesuatu yang

mengembalikan aurat kepada ide dasarnya", yaitu tertutup.



Dan ayat di atas juga tampak bahwa ide "membuka aurat" adalah

ide setan, dan karenanya "tanda-tanda kehadiran setan adalah

"keterbukaan aurat". Sebuah riwayat yang dikemukakan oleh

Al-Biqa'i dalam bukunya Shubhat Waraqah menyatakan bahwa

ketika Nabi Saw. belum memperoleh keyakinan tentang apa yang

dialaminya di Gua Hira --apakah dari malaikat atau dari

setan-- beliau menyampaikan hal tersebut kepada istrinya

Khadijah. Khadijah berkata, "Jika engkau melihatnya lagi,

beritahulah aku". Ketika di saat lain Nabi Saw. melihat

(malaikat) yang dilihatnya di Gua Hira, Khadijah membuka

pakaiannya sambi1 bertanya, "Sekarang, apakah engkau masih

melihatnya?" Nabi Saw. menjawab, "Tidak, ... dia pergi."

Khadijah dengan penuh keyakinan berkata, "Yakinlah yang datang

bukan setan, ... (karena hanya setan yang senang melihat

aurat)".



Dalam hal ini Al-Quran mengingatkan:



Wahai putra-putra Adam, janganlah sekali-kali kamu

dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia (telah menipu

orang tuamu Adam dan Hawa) sehingga ia telah

mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga. Ia

menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan

kepada keduanya aurat mereka berdua (QS Al-A'raf [7]:

27).



Kata ketiga yang digunakan Al-Quran untuk menjelaskan perihal

pakaian adalah sarabil. Kamus-kamus bahasa mengartikan kata

ini sebagai pakaian, apa pun jenis bahannya. Hanya dua ayat

yang menggunakan kata tersebut. Satu di antaranya diartikan

sebagai pakaian yang berfungsi menangkal sengatan panas,

dingin, dan bahaya dalam peperangan (QS Al-Nahl [16]: 81).

Satu lagi dalam surat Ibrahim (14): 50 tentang siksa yang akan

dialami oleh orang-orang berdosa kelak di hari kemudian:

pakaian mereka dari pelangkin. Dari sini terpahami bahwa

pakaian ada yang menjadi alat penyiksa. Tentu saja siksaan

tersebut karena yang bersangkutan tidak menyesuaikan diri

dengan nilai-nilai yang diamanatkan oleh Allah Swt.



PAKAIAN DAN FITRAH



Dari ayat yang menguraikan peristiwa terbukanya aurat Adam,

dan ayat-ayat sesudahnya, para ulama menyimpulkan bahwa pada

hakikatnya menutup aurat adalah fitrah manusia jrang

diaktualkan pada saat ia memiliki kesadaran.



Seperti dikemukakan ketika menjelaskan arti tsaub, manusia

pada mulanya tertutup auratnya. Ayat yang menguraikan hal ini

menggunakan istilah li yubdiya lahuma ma~ wuriya 'anhuma min

sauatihima (untuk menampakkan kepada keduanya apa yang

tertutup dari mereka, yaitu auratnya) (QS Al-A'raf [7]: 20).



Penggalan ayat itu bukan saja mengisyaratkan bahwa sejak

semula Adam dan Hawa tidak dapat saling melihat aurat mereka,

melainkan juga berarti bahwa aurat masing-masing tertutup

sehingga mereka sendiri pun tidak dapat melihatnya.



Kemudian setan merayu mereka agar memakan pohon terlarang, dan

akibatnya adalah aurat yang tadinya tertutup menjadi terbuka,

dan mereka menyadari keterbukaannya, sehingga mereka berusaha

menutupinya dengan daun-daun surga. Usaha tersebut menunjukkan

adanya naluri pada diri manusia sejak awal kejadiannya bahwa

aurat harus ditutup dengan cara berpakaian.



Perlu diperhatikan pula kalimat yang dipergunakan Al-Quran

untuk menyatakan usaha kedua orang tua kita, "Wa thafiqa

yakhshifan 'alaihima min waraq al-jannah."



Kata yakhshifan terambil dari kata khashf yang berarti

menempelkan sesuatu pada sesuatu yang lain agar menjadi lebih

kokoh. Contoh yang dikemukakan oleh pakar-pakar bahasa adalah

menempelkkan lapisan baru pada lapisan yang ada dari alas

kaki, agar lebih kuat dan kokoh.



Adam dan Hawa bukan sekadar mengambil satu lembar daun untuk

menutup auratnya (karena jika demikian pakaiannya adalah

mini), melainkan sekian banyak lembar agar melebar, dengan

cara menempelkan selembar daun di atas lembar lain, sebagai

tanda bahwa pakaian tersebut sedemikian tebal, sehingga tidak

transparan atau tembus pandang.



Hal lain yang mengisyaratkan bahwa berpakaian atau menutup

aurat merupakan fitrah manusia adalah penggunaan istilah "Ya

Bani Adam" (Wahai putra-putri Adam) dalam ayat-ayat yang

berbicara tentang berpakaian.



Panggilan semacam ini hanya terulang empat kali dalam

Al-Quran. Kesan dan makna yang disampaikannya berbeda dengan

panggilan ya ayyuhal ladzina amanu yang hanya khusus kepada

orang-orang mukmin, atau ya ayyuhan nas yang boleh jadi hanya

ditujukan kepada seluruh manusia sejak masa Nabi Saw. hingga

akhir zaman. Panggilan ya Bani Adam jelas tertuju kepada

seluruh manusia. Bukankah Adam adalah ayah seluruh manusia?



Hanya empat kali panggilan ya Bani Adam dalam Al-Quran, dan

semuanya terdapat dalam surat Al-'Araf, yaitu:



1. Ayat 26 berbicara tentang macam-macam pakaian yang

dianugerahkan Allah.



2. Ayat 27 berbicara tentang larangan mengikuti setan

yang menyebabkan terbukanya aurat orang tua manusia

(Adam dan Hawa).



3. Ayat 31 memerintahkan memakai pakaian indah pada

saat memasuki masjid.



4. Ayat 35 adalah kewajiban taat kepada tuntunan Allah

yang disampaikan oleh para rasul-Nya (tentu termasuk

tuntunan berpakaian).



Ini menunjukkan bahwa sejak dini Allah Swt. telah mengilhami

manusia sehingga timbul dalam dirinya dorongan untuk

berpakaian, bahkan kebutuhan untuk berpakaian, sebagaimana

diisyaratkan oleh surat Thaha (20): 117-118, yang mengingatkan

Adam bahwa jika ia terusir dari surga karena setan, tentu ia

akan bersusah payah di dunia untuk mencari sandang, pangan,

dan papan. Dorongan tersebut diciptakan Allah dalam naluri

manusia yang memiliki kesadaran kemanusiaan. Itu sebabnya

terlihat bahwa manusia primitif pun selalu menutupi apa yang

dinilainya sebagai aurat.



Dari ayat yang berbicara tentang ketertutupan aurat, ditemukan

isyarat bahwa untuk merealisasikan hal tersebut, manusia tidak

membutuhkan upaya dan tenaga yang berat. Hal ini diisyaratkan

oleh bentuk pasif yang dipilih Al-Quran untuk menyebut

tertutupnya aurat Adam dan Hawa, yakni ayat 22 surat Al-A'raf

yang dikutip pada awal uraian ini: "yang tertutup dan mereka

yaitu aurat mereka."



Menutup aurat tidak sulit, karena dapat dilakukan dengan bahan

apa pun yang tersedia, sekalipun selembar daun (asalkan dapat

menutupinya).



FUNGSI PAKAIAN



Dari sekian banyak ayat Al-Quran yang berbicara tentang

pakaian, dapat ditemukan paling tidak ada empat fungsi

pakaian.



Al-Quran surat Al-A'raf (7): 26 menjelaskan dua fungsi

pakaian:



Wahai putra putri Adam, sesungguhnya Kami telah

menurunkan kepada kamu pakaian yang menutup auratmu dan

juga (pakaian) bulu (untuk menjadi perhiasan), dan

pakaian takwa itulah yang paling baik.



Ayat ini setidaknya menjelaskan dua fungsi pakaian, yaitu

penutup aurat dan perhiasan.



Sebagian ulama bahkan menyatakan bahwa ayat di atas berbicara

tentang fungsi ketiga pakaian, yaitu fungsi takwa, dalam arti

pakaian dapat menghindarkan seseorang terjerumus ke dalam

bencana dan kesulitan, baik bencana duniawi maupun ukhrawi.



Syaikh Muhammad Thahir bin 'Asyur menjelaskan jalan pikiran

ulama yang berpendapat demikian. Ia menulis dalam tafsirnya

tentang ayat tersebut:



Libasut taqwa dibaca oleh Imam Nafi' ibnu Amir,

Al-Kisa'i, dan Abu Ja'far dengan nashab (dibaca libasa

sehingga kedudukannya sebagai objek penderita). Ini

berarti sama dengan pakaian-pakaian lain yang

diciptakan, dan tentunya pakaian ini tidak berbentuk

abstrak, melainkan nyata. Takwa yang dimaksud di sini

adalah pemeliharaan, sehingga yang dimaksud dengannya

adalah pakaian berupa perisai yang digunakan dalam

peperangan untuk memelihara dan menghindarkan

pemakainya dari luka dan bencana lain.



Ada juga yang membaca libasu at-taqwa, sehingga kata tersebut

tidak berkedudukan sebagai objek penderita. Ketika itu, salah

satu makna yang dikandungnya adalah adanya pakaian batin yang

dapat menghindarkan seseorang dari bencana duniawi dan

ukhrawi.



Betapapun, ditemukan ayat lain yang menjelaskan fungsi ketiga

pakaian, yakni fungsi pemeliharaan terhadap bencana, dan dari

sengatan panas dan dingin,



Dia (Allah) menjadikan untuk kamu pakaian yang

memelihara kamu dari sengatan panas (dan dingin), serta

pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam

peperangan... (QS Al-Nahl [16]: 81).

Pengertian Hidup menurut Al Qur'an

Masa hidup manusia terbagi dua (QS 40/11), hidup pertama adalah di dunia kini dan hidup kedua berlaku di akhirat. Kedua macam hidup berlaku dalam keadaan konkrit.

Berbagai macam ajaran mengenai hakekat hidup dan tujuan hidup telah berkembang. Masing-masing berbeda tentang pengertian dan tujuan hidup. Hanya Al Qur’an lah yang dapat menjelaskan arti dan tujuan hidup manusia secukupnya sehingga dapat dipahami oleh setiap individu yang membutuhkannya.

Orang atheis mendasarkan doktrinnya atas teori naturalism tidak dapat memberikan alasan kenapa adanya hidup kini, kecuali sebagai kelanjutan dari hukum evolusi pada setiap benda yang sejak dulu telah mengalami perubahan alamiah. Sementara mereka berbantahan pula mengenai hukum evolusi itu sendiri disebabkan banyaknya benturan (dead lock) dalam analysa dan teorinya.

Benturan itu mereka namakan Missing Link. Untuk tujuan hidup mereka juga tidak mempunyai arah dan alasan yang tepat. Tetapi mereka semua sama berpendapat bahwa yang ada kini akan musnah dengan sendirinya di ujung zaman sesuai dengan menusut dan habisnya alat kebutuhan hidup dan disebabkan terganggunggunya stabilitas susunan bintang di alam semesta.

Mereka berkesimpulan bahwa hidup kini dimulai dari kekosongan, telah terwujud secara alamiah, dan sedang menuju ke arah kekosongan alam semesta dimana setiap individu hilang berlalu tanpa bekas dan tidak akan hidup kembali.
Dalam hal ini mereka melupakan unsur Roh yang ada pada setiap individu.

Pihakyang menganut paham Plurality atau Trinity, walaupun tidak membenarkan teori evolusi , malah mengakui manusia ini memulai hidupnya dari satu diri yang sengaja diciptakan Tuhan, tetapi mereka tdak dapat memberikan alasan tentang maksud apa yang terkandung dalam perencanaan penciptaan itu. Sebagai tujuan hidup, mereka sama sependapat bahwa nanti akan berlaku kehidupan balasan sesudah mati, tetapi dalam kedaan gaib bukan konkrit, dimana setiap pribadi baik akan menerima kebahagiaan jiwa dan pribadi jahat akan merana.

Pihak pertama di atas tadi bertntangan dengan dengan ajaran Al Qur’an mengenai asal hidup dan juga bertentangan mengenai tujuan hidup, sedangkan pihak kedua bersamaan dengan ajaran Al Qur’an mengenai asal usul hidup juga bersamaan tentang tujuan hidup tetapi berbeda dalam hal ghaib dan konkrit. Sebaliknya kedua pihak (Islam dan Plurality/Trinity) sependapat tentang arti hidup yang tidak lain hanyalah berjuang untuk kebutuhan dan kelanjutan generasi, tetapi mereka (Plurality/Trinity) melupakan bahwa pendapat demikian akan berujung dengan pemusnahan generasi mendatang karena setiap individu lebih mementingkan keadaan sekarang tanpa ancaman resiko konkrit yang akan dihadapi di akhirat nanti.

Al Qur’an yang menjadi dasar ajaran hidup dalam Islam, memberikan alasan dan keterangan secukupnya mengenai sebab, arti dan tujuan hidup manusia.

A. Sebab adanya hidup
Semesta raya ini dulunya dari kekosongan total, tidak satupun yang ada kecuali Allah yang ESA yang senantiasa dalam keadaan ghaib. DIA mempunyai maksud agar berlaku penyembahan terhadapNYA yang tentu harus dilaksanakan oleh makhluk yang memiliki logika Maka perlulah diciptakan jin dan manusia yang akan menjalani ujian dimana dapat ditentukan berlakunya pengabdian dimaksud. Kedua macam makhluk ini membutuhkan tempat hidup dimana segala kebutuhan dalam pengujian tersedia secara alamiah atau ilmiah, maka diciptakanlah benda angkasa berbagai bentuk, masa dan fungsi. Semuanya terlaksana secara logis menurut rencana tepat, dan tiba masanya dimulai penciptaan Jin dan Manusia, masing-masing berbeda di segi abstrak dan konkrit.

Allah itu Pencipta tiap sesuatu dan DIA menjaga tiap sesuatu itu. (QS 39/62)

DIA pelaksana bagi apa yang DIA inginkan. (QS 85/16)

Dan tidaklah AKU ciptakan jin dan manusia itu kecuali untuk menyembah AKU (di akhirat utamanya). QS 51/96.

B. Arti Hidup KINI
Al Qur’an memberikan ajaran tentang arti hidup bahwa hendaklah menghubungkan dirinya secara langsung kepada Allah dengan cara melaksanakan hukum-hukum tertulis dalam al quran, dan menghubungkan dirinya pada masyarakat sesamanya dalam melaksanakan tugas amar makhruf nahi munkar.

DIAlah yang menciptakan kematian dan kehidupan agar DIA menguji kamu yang mana diantara kamu yang lebih baik perbuatannya, dan DIA Mulia dan Pengampun. (QS 67/2)

Bahwa Kami menunjukkan garis hukum padanya (manusia itu), terserah padanya untuk bersyukur atau kafir. (QS 76/3)

C. Tujuan hidup
Al Qur’an menjelaskan bahwa kehidupan kini bukanlah akan berlalu tanpa akibat tetapi berlangsung dengan catatan atas semua gerak zahir dan batin yang menentukan nilai setiap indivisu untuk kehidupan konkrit nantinya di alam akhirat, dimana kehidupan terpisah antara yang beriman dan yang kafir untuk selamanya.

Dan berlombalah kepada keampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya sama dengan luas planet-planet dan Bumi ini, dijanjikan untuk para muttaqien. (QS 3/133)

Sungguh kami ciptakan manusia itu pada perwujudan yang lebih baik. Kemudian kami tempatkan dia kepada kerendahan yang lebih rendah. Kecuali orang-orang beriman dan beramal shaleh, maka untuk mereka upah yang terhingga. QS 95/4-6)

Dengan keterangan singkat ini, jelaslah bahwa Al Qur’an bukan saja menjelaskan kenapa adanya hidup kini, tetapi juga memberikan arti hidup serta tujuannya yang harus dicapai oleh setiap diri.

Keterangan Al Qur’an seperti demikian dapat diterima akal sehat dan memang hanyalah kitab suci itulah yang mungkin memberikan penjelasan demikian.

Setetes Cicipan Syurga

Setetes Cicipan Syurga

Alkisah…di Kufah ada seorang pemuda tampan, serta sangat rajin beribadah, wajahnya selalu penuh dengan linangan air mata, karena begitu takutnya dengan Allah, dan begitu gembiranya atas segala karunia Allah. Suatu hari, karena ada suatu keperluan, pemuda tersebut berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha’, lisannya tidak pernah berhenti dari zikir, selalu mengagungkan nama Allah, derap langkahnya bijaksana, setiap ada orang dia sapa dengan ramah, di saat sedang berjalan, pemuda itu bertemu dengan seorang wanita dengan kecantikan seindah bidadari surga, jilbab yang lebar, wajah yang rupawan, derap langkah yang mempesona, sungguh menjadi pesona tiap pemuda yang merindukan istri yang shalehah, di saat mata mereka saling menatap, ada sebuah gejolak rasa yang aneh melintas di dalam dada, perasaan aneh yang semakin bergelora, semakin lama semakin menyiksa, dan akhirnya berpuncak pada suatu kesadaran kepada keduanya, Astagfirullah, rupanya syaitan sudah mulai menancapkan godaan sesatnya, keduanya menunduk, mengalihkan pandangan demi menjaga kemuliaan.

Malamnya sungguh menjadi malam yang sangat menyiksa bagi sang pemuda, entah kenapa shalat malamnya menjadi terganggu, setiap dia mengangkat takbir, maka bayangan wanita tersebut kembali muncul, merasuki pikirannya, menghantui jiwanya, air mata pemuda semakin deras, ketika dia kehilangan kekhusukan shalatnya, setelah sekian lama berkecamuk, mencoba melawan bayangan si wanita, pemuda itu jatuh, tersungkur, dan akhirnya pingsan, dengan lelehan air mata yang terus mengalir.

Sedangkan di tempat yang berlainan, sapu tangan wanita basah kuyup akibat menahan air matanya, dia tidak bisa menahan kerinduan yang berkecamuk di dalam dada, setiap cerita dan pendapat dari orang-orang yang mengenal tentang keshalehan dan kemuliaan akhlak sang pemuda sudah membuatnya cukup untuk merasakan cinta, apalagi ketampanan pemuda yang bisa di kategorikan nabi yusuf zaman sekarang semakin membuatnya menggila, rasa rindu semakin menyiksanya.

Di saat batin sudah menjerit, hati tidak bisa menahan, dan kerinduan tidak terbantahkan, berangkatlah sang pemuda untuk menemui sang ayah wanita yang menarik hatinya, dengan tujuan melamar untuk memuliakan wanita, dan untuk menjaga pandangannya serta menyempurnakan separuh agama, tetapi jawaban sang ayah wanita, seperti guntur yang menggelora, siap mencabik siapa saja yang dekat dengannya, apalah daya, jika si wanita, telah di jodohkan dengan sepupunya, pemuda pulang dengan tangan hampa, hanya iman di dalam dada, yang bisa membuatnya sekuat baja, meskipun tangan seakan menggenggam bara, tetapi baginya, cobaan adalah bentuk dari kasih sayangNya.

Walau demikian, ternyata cinta di antara keduanya benar-benar semakin bergelora, akhirnya sang wanita mengirim surat dengan bantuan seseorang kepada sang pemuda, begitu tahu surat tersebut dari pujaan hatinya, sang pemuda gembira seakan memiliki dunia, di genggamnya surat tersebut, lalu di bacanya dengan perlahan.

“Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku”.

Batin pemuda semakin tersiksa, dia mempunyai dua pilihan, antara bersenang-senang dengan wanita yang di cintainya meskipun mendapat laknat Allah, atau menolak permintaan pujaan hatinya demi menjaga kemuliaan dirinya, pesona positif dan negatif di dalam dirinya, bertarung sengit, tapi dia yakin, bahwa Allah akan melaknatnya dengan hina, jikalau dia menerima ajakan si wanita, lalu pemuda membalas suratnya.

“Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, “sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar.” (Yunus:15) ,Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobarannya.”

Setelah membaca surat dari pemuda, luluhlah hati sang wanita, dia menyadari bahwa syaitan sudah menguasai dirinya, si wanita berkata “Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu.” Dia tebus kesalahannya dengan meningkatkan ketakwaannya, dia jauhi urusan dunia, akan tetapi, dia masih memendam rindunya kepada pemuda, tubuhnya mulai semakin kurus dan kurus menahan rindunya, sampai akhirnya, sang wanita menutup mata untuk selama-lamanya, meninggalkan dunia yang fana. Sang pemuda sering datang menziarahi kuburnya, dia menangis dan mendoakan kebaikan bagi wanita yang di cintainya, suatu hari sang pemuda tertidur di atas kuburannya, dia bermimpi bertemu sang wanita yang dicintainya dalam penampilan yang sangat baik, dalam mimpi, sang pemuda bertanya kepada wanita, “Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kamu dapatkan setelah meninggal?”

Sang wanita menjawab “Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan.”

Pemuda itu bertanya, “Jika demikian, kemanakah kau menuju?” Dia jawab, “Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak.”

Pemuda itu berkata, “Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu.” Dia jawab, “Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah Subhanahuwataala) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah.”

Si pemuda bertanya, “Kapan aku bisa melihatmu?” Jawab si wanita: “Tak lama lagi kau akan datang melihat kami.” Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.

Begitu indahnya, jikalau cinta, menjadikan seseorang dalam ketaatan, begitu indahnya, jikalau cinta, bersatu dalam ikatan, dan kembali bertemu dalam surgaNya, kekal selama-lamanya dalam kebahagiaan, oh cinta, begitu suci dan mulianya, sebuah cinta yang terjalin dalam ketaatan.

Ketika kita membaca perkataan dari sang wanita “Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan.” Betapa mulianya jikalau cinta sebagus itu, tapi ketika melihat fenomena di depan mata, sungguh kesucian cinta begitu ternoda, kesucian cinta telah ternoda dengan aktifitas zina, “pacaran” merajalela, dan menjadi menu wajib bagi para kawula muda, andai mereka sadar, betapa terbahak-bahaknya syaitan melihat kelakuan mereka, jikalau cinta bisa di dapatkan melalui “pacaran”, maka siap-siaplah mereka menderita, siap-siaplah mereka tertipu. Ketahuilah saudaraku, tidak ada yang namanya cinta dalam aktifitas pacaran, semuanya embel-embel zina yang di kemas syaitan menjadi perilaku yang menyenangkan, yang namanya zina, itu tidak hanya pada bagian antara pusar sampai lutut, semua anggota tubuh bisa jadi terdakwa, zina mata karena melihat, zina kata-kata karena rayuan gombal, zina hati karena berangan-angan, dan sebagainya, saudaraku, tundukkanlah pandanganmu demi kemulian, jangan biarkan kulitmu di tembus oleh besi dari neraka karena bersentuhan dengan yang bukan mahram, cukuplah Allah sebagai penolongmu dan tempat berserah diri.

Kita lihat, orang pacaran paling alim pegangan tangan, begitu mudahnya cinta di ungkapkan, aku mencintaimu, tetapi dia mengajak pasangannya ke dalam kemaksiatan, apakah seperti itu yang di katakan cinta, bahkan banyak para muslimah yang dulunya penuh ketaatan, tetapi berubah drastis karena aktifitas pacaran, tidak sedikit teman-teman muslimah yang saya kenal terperangkap oleh belenggu seperti itu, meskipun dia memakai kerudung, sering belajar agama, tetapi karena aktifitas pacaran, semuanya menjadi kabur, mereka senang-senang saja saat tangan sang pemuda menyentuh tubuhnya, menyentuh kulitnya, masya Allah, mudah-mudahan kita semakin istiqomah di jalan ketaatan, dan bagi saudara-saudariku yang sedang melakukan hal itu, semoga Allah melembutkan hatimu, menyadarkanmu dari belenggu syaitan.

Sebaik-baik cinta adalah cinta yang di balut dalam ikatan suci pernikahan, saudaraku, bila engkau mencintai seseorang, bingkailah dirimu dan dirinya dengan tali yang di rahmatiNya, sambutlah dirimu dan dirinya dengan keindahan cinta di atas cinta, mohonlah kemantapan untuk membingkai cintamu dalam ikatan suci pernikahan. (http://myhoney.isgreat.org/2010/05/setetes-cicipan-syurga)

Wallahu ‘alam

Jumat, 07 Januari 2011

10 Alasan Untuk Tidak Memakai Jilbab

10 Alasan Untuk Tidak Memakai Jilbab
Sunday, 08 February 2009 07:55 Yusro Widiastomo
E-mail Print PDF

Bila anda seorang muslimah dewasa dan masih belum menutup auratnya dengan hijab dan jilbab yang benar, maka ada baiknya merenungkan kembali alasan anda dengan menyimak dialog pemikiran dbawah ini.


ALASAN I : Saya belum benar-benar yakin akan fungsi/kegunaan jilbab

Kami kemudian menanyakan dua pertanyaan kepada saudari ini; Pertama, apakah ia benar-benar percaya dan mengakui kebenaran agama Islam? Dengan alami ia berkata, Ya, sambil kemudian mengucap Laa Ilaa ha Illallah! Yang menunjukkan ia taat pada aqidahnya dan Muhammadan rasullullah! Yang menyatakan ia taat pada syariahnya. Dengan begitu ia yakin akan Islam beserta seluruh hukumnya. Kedua, kami menanyakan; Bukankah memakai jilbab termasuk hukum dalam Islam? Apabila saudari ini jujur dan dan tulus dalam ke-Islamannya, ia akan berkata; Ya, itu adalah sebagian dari hukum Islam yang tertera di Al-Quran suci dan merupakan sunnah Rasulullah SAW yang suci. Jadi kesimpulannya disini, apabila saudari ini percaya akan Islam dan meyakininya, mengapa ia tidak melaksanakan hukum dan perintahnya?


ALASAN II : Saya yakin akan pentingnya jilbab namun Ibu saya melarangnya, dan apabila saya melanggar ibu, saya akan masuk neraka.

Yang telah menjawab hal ini adalah ciptaan Allah Azza wa Jalla termulia, Rasulullah SAW dalam nasihatnya yang sangat bijaksana; “Tiada kepatuhan kepada suatu ciptaan diatas kepatuhan kepada Allah SWT.” (Ahmad). Sesungguhnya, status orangtua dalam Islam, menempati posisi yang sangat tinggi dan terhormat. Dalam sebuah ayat disebutkan; “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang Ibu Bapak . . “ (QS. An-Nisa:36). Kepatuhan terhadap orangtua tidak terbatas kecuali dalam satu aspek, yaitu apabila berkaitan dengan kepatuhan kepada Allah SWT. Allah berfirman; “dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…(QS. Luqman : 15)

Berbuat tidak patuh terhadap orangtua dalam menjalani perintah Allah SWT tidak menyebabkan kita dapat berbuat seenaknya terhadap mereka. Kita tetap harus hormat dan menyayangi mereka sepenuhnya. Allah berfirman di ayat yang sama; “dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. Kesimpulannya, bagaimana mungkin kamu mematuhi ibumu namun melanggar Allah SWT yang menciptakan kamu dan ibumu.

ALASAN III : Posisi dan lingkungan saya tidak membolehkan saya memakai jilbab.

Saudari ini mungkin satu diantara dua tipe: dia tulus dan jujur, atau sebaliknya, ia seorang yang membohongi dirinya sendiri dengan mengatasnamakan lingkungan pekerjaannya untuk tidak memakai jilbab. Kita akan memulai dengan menjawab tipe dia adalah wanita yang tulus dan jujur. “Apakah anda tidak tidak menyadari saudariku tersayang, bahwa wanita muslim tidak diperbolehkan untuk meninggalkan rumah tanpa menutupi auratnya dengan hijab dan adalah kewajiban bagi setiap muslim untuk mengetahuinya? Apabila engkau, saudariku, menghabiskan banyak waktu dan tenagamu untuk melakukan dan mempelajari berbagai macam hal di dunia ini, bagaimana mungkin engkau dapat sedemikian cerobohnya untuk tidak mempelajari hal-hal yang akan menyelamatkanmu dari kemarahan Allah dan kematianmu?” Bukankah Allah SWT telah berfirman; “maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan, jika kamu tidak mengetahui (QS An-Nahl : 43). Belajarlah untuk mengetahui hikmah menutup auratmu. Apabila kau harus keluar rumahmu, tutupilah auratmu dengan jilbab, carilah kesenangan Allah SWT daripada kesenangan syetan. Karena kejahatan dapat berawal dari pemandangan yang memabukkan dari seorang wanita.

Saudariku tersayang, apabila kau benar-benar jujur dan tulus dalam menjalani sesuatu dan berusaha, kau akan menemukan ribuan tangan kebaikan siap membantumu, dan Allah SWT akan membuat segala permasalahan mudah untukmu. Bukankah Allah SWT telah berfirman; “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangkanya..”(QS. AtTalaq :2-3). Kedudukan dan kehormatan adalah sesuatu yang ditentukan oleh Allah SWT. Dan tidak bergantung pada kemewahan pakaian yang kita kenakan, warna yang mencolok, dan mengikuti trend yang sedang berlaku. Kehormatan dan kedudukan lebih kepada bersikap patuh pada Allah SWT dan Rasul-Nya SAWW, dan bergantung pada hukum Allah SWT yang murni. Dengarkanlah kalimat Allah; “sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu..”(QS. Al-Hujurat:13).Kesimpulannya, lakukanlah sesuatu dengan mencari kesenangan dan keridhoan Allah SWT, dan berikan harga yang sedikit pada benda-benda mahal yang dapat menjerumuskanmu.

ALASAN IV : Udara di daerah saya amatlah panas dan saya tidak dapat menahannya. Bagaimana mungkin saya dapat mengatasinya apalagi jika saya memakai jilbab.

Allah SWT memberikan perumpamaan dengan mengatakan; “api neraka jahannam itu lebih lebih sangat panas(nya) jikalau mereka mengetahui..”(QS At-Taubah : 81). Bagaimana mungkin kamu dapat membandingkan panas di daerahmu dengan panas di neraka jahannam? Sesungguhnya saudariku, syetan telah mencoba membuat tali besar untuk menarikmu dari panasnya bumi ini kedalam panasnya suasana neraka. Bebaskan dirimu dari jeratannya dan cobalah untuk melihat panasnya matahari sebagai anugerah, bukan kesengsaraan. Apalagi mengingat bahwa intensitas hukuman dari Allah SWT akan jauh lebih berat dari apa yang kau rasakan sekarang di dunia fana ini. Kembalilah pada hukum Allah SWT dan berlindunglah dari hukuman-Nya, sebagaimana tercantum dalam ayat; “mereka tidak merasakan kesejukan di
dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah” (QS. AN-NABA 78:24-25). Kesimpulannya, surga yang Allah SWT janjikan, penuh dengan cobaan dan ujian. Sementara jalan menuju neraka penuh dengan kesenangan, nafsu dan kenikmatan.

ALASAN V : Saya takut, bila saya memakai jilbab sekarang, di lain hari saya akan melepasnya kembali, karena saya melihat banyak sekali orang yang begitu.

Kepada saudari itu saya berkata, “apabila semua orang mengaplikasikan logika anda tersebut, mereka akan meninggalkan seluruh kewajibannya pada akhirnya nanti! Mereka akan meninggalkan shalat lima waktu karena mereka takut tidak dapat melaksanakan satu saja waktu shalat itu. Mereka akan meninggalkan puasa di bulan ramadhan, karena mereka takut tidak dapat menunaikan satu hari ramadhan saja di bulan puasa, dan seterusnya. Tidakkah kamu melihat bagaimana syetan telah menjebakmu lagi dan memblokade petunju bagimu? Allah SWT menyukai ketaatan yang berkesinambungan walaupun hanya suatu ketaatan yang sangat kecil atau dianjurkan. Lalu bagaimana dengan sesuatu yang benar-benar diwajibkan sebagaimana kewajiban memakai jilbab? Rasulullah SAW bersabda; “Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah perbuatan mulia yang terus menerus, yang mungkin orang lain anggap kecil.” Mengapa kamu saudariku, tidak melihat alasan mereka yang dibuat-buat untuk menanggalkan kembali jilbab mereka dan menjauhi mereka? Mengapa tidak kau buka tabir kebenaran dan berpegang teguh padanya? Allah SWT sesungguhnya telah berfirman; “maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang di masa kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. AL BAQARAH 2:66). Kesimpulannya, apabila kau memang teguh petunjuk dan merasakan manisnya keimanan, kau tidak akan meninggalkan sekali pun perintah Allah SWT setelah kau melaksanakannya.

ALASAN VI : Apabila saya memakai jilbab, maka jodohku akan sulit, jadi aku akan memakainya nanti setelah menikah.

Saudariku, suami mana pun yang lebih menyukaimu tidak memakai jilbab dan membiarkan auratmu di depan umum, berarti dia tidak mengindahkan hukum dan perintah Allah SWT dan bukanlah suami yang berharga sejak semula. Dia adalah suami yang tidak memiliki perasaan untuk melindungi dan menjaga perintah Allah SWT, dan jangan pernah berharap tipe suami seperti ini akan menolongmu menjauhi api neraka, apalagi memasuki surga Allah SWT. Sebuah rumah yang dipenuhi dengan ketidak-taatan kepada Allah SWT, akan selalu menghadapi kepedihan dan kemalangan di dunia kini dan bahkan di akhirat nanti. Allah SWT bersabda; “dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (QS. TAHA 20:124). Pernikahan adalah sebuah pertolongan dan keberkahan dari Allah SWT kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Berapa banyak wanita yang ternyata menikah sementara mereka yang tidak memakai jilbab tidak?

Apabila kau, saudariku tersayang, mengatakan bahwa ketidak-tertutupanmu kini adalah suatu jalan menuju sesuatu yang murni, asli, yaitu pernikahan. Tidak ada ketertutupan. Saudariku, suatu tujuan yang murni, tidak akan tercapai melalui jalan yang tidak murni dan kotor dalam Islam. Apabila tujuannya bersih dan murni, serta terhormat, maka jalan menuju kesana pastilah harus dicapai dengan bersih dan murni pula. Dalam syariat Islam kita menyebutnya : Alat atau jalan untuk mencapai sesuatu, tergantung dari peraturan yang ada untuk mencapai tujuan tersebut. Kesimpulannya, tidak ada keberkahan dari suatu perkawinan yang didasari oleh dosa dan kebodohan.

ALASAN VII : Saya tidak memakai jilbab berdasarkan perkataan Allah SWT : “dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)” (QS.Ad-Dhuhaa 93: 11). Bagaimana mungkin saya menutupi anugerah Allah berupa kulit mulus dan rambutku yang indah?

Jadi saudari kita ini mengacu pada Kitab Allah selama itu mendukung kepentingannya dan pemahamannya sendiri ! ia meninggalkan tafsir sesungguhnya dibelakang ayat itu apabila hal itu tidak menyenangkannya. Apabila yang saya katakan ini salah, mengapa saudari kita ini tidak mengikuti ayat : “janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang nampak daripadanya” (QS An-Nur 24: 31] dan sabda Allah SWT: “katakanlah kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin; hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya..” (QS Al-Ahzab 33:59). Dengan pernyataan darimu itu, saudariku, engkau telah membuat syariah sendiri bagi dirimu, yang sesungguhnya telah dilarang oleh Allah SWT, yang disebut at-tabarruj dan as-sufoor. Berkah terbesar dari Allah SWT bagi kita adalah iman dan hidayah, yang diantaranya adalah menggunakan hijab. Mengapa kamu tidak mempelajari dan menelaah anugerah terbesar bagimu ini? Kesimpulannya, apakah ada anugerah dan pertolongan terhadap wanita yang lebih besar daripada petunjuk dan hijab?

ALASAN VIII : Saya tahu bahwa jilbab adalah kewajiban, tapi saya akan memakainya bila saya sudah merasa terpanggil dan diberi petunjuk oleh-Nya.

Saya bertanya kepada saudariku ini, rencana atau langkah apa yang ia lakukan selama menunggu hidayah, petunjuk dari Allah SWT seperti yang dia katakan? Kita mengetahui bahwa Allah SWT dalam kalimat-kalimat bijak-Nya menciptakan sebab atau cara untuk segala sesuatu. Itulah mengapa orang yang sakit menelan sebutir obat untuk menjadi sehat, dan sebagainya. Apakah saudariku ini telah dengan seluruh keseriusan dan usahanya mencari petunjuk sesungguhnya dengan segala ketulusannya, berdoa, sebagaimana dalam surah Al-Fatihah 1:6 “Tunjukilah kami jalan yang lurus” serta berkumpul mencari pengetahuan kepada muslimah-muslimah lain yang lebih taat dan yang menurutnya telah diberi petunjuk dengan menggunakan jilbab? Kesimpulannya, apabila saudariku ini benar-benar serius dalam mencari atau pun menunggu petunjuk dari Allah SWT, dia pastilah akan melakukan jalan-jalan menuju pencariannya itu.

ALASAN IX : Belum waktunya bagi saya. Saya masih terlalu muda untuk memakainya. Saya pasti akan memakainya nanti seiring dengan penambahan umur dan setelah saya pergi haji.

Malaikat kematian, saudariku, mengunjungi dan menunggu di pintumu kapan saja Allah SWT berkehendak. Sayangnya, saudariku, kematian tidak mendiskriminasi antara tua dan muda dan ia mungkin saja datang disaat kau masih dalam keadaan penuh dosa dan ketidaksiapan Allah SWT bersabda; “tiap umat mepunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya” (QS Al-An’aam 7:34] saudariku tersayang, kau harus berlomba-lomba dalam kepatuhan pada Allah SWT; “berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumu..”(QS Al-Hadid 57:21).

Saudariku, jangan melupakan Allah SWT atau Ia akan melupakanmu di dunia ini dan selanjutnya. Kau melupakan jiwamu sendiri dengan tidak memenuhi hak jiwamu untuk mematuhi-Nya. Allah mengatakan tentang orang-orang yang munafik, “dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri”(QS Al-Hashr 59: 19) saudariku, memakai jilbab di usiamu yang muda, akan memudahkanmu. Karena Allah SWT akan menanyakanmu akan waktu yang kau habiskan semasa mudamu, dan setiap waktu dalam hidupmu di hari pembalasan nanti.Kesimpulannya, berhentilah menetapkan kegiatanmu dimasa datang, karena tidak seorang pun yang dapat menjamin kehidupannya hingga esok hari.

ALASAN X : Saya takut, bila saya memakai jilbab, saya akan di-cap dan digolongkan dalam kelompok tertentu! Saya benci pengelompokan!

Saudariku, hanya ada dua kelompok dalam Islam. Dan keduanya disebutkan dalam Kitabullah. Kelompok pertama adalah kelompok / tentara Allah (Hizbullah) yang diberikan pada mereka kemenangan, karena kepatuhan mereka. Dan kelompok kedua adalah kelompok syetan yang terkutuk (hizbush-shaitan) yang selalu melanggar Allah SWT. Apabila kau, saudariku, memegang teguh perintah Allah SWT, dan ternyata disekelilingmu adalah saudara-saudaramu yang memakai jilbab, kau tetap akan dimasukkan dalam kelompok Allah SWT. Namun apabila kau memperindah nafsu dan egomu, kau akan mengendarai kendaraan Syetan, seburuk-buruknya teman.


Saudariku,

Jangan biarkan tubuhmu dipertontonkan di pasar para syetan dan merayu hati para pria. Model rambut, pakaian ketat yang mempertontonkan setiap detail tubuhmu, pakaian-pakaian pendek yang menunjukkan keindahan kakimu, dan semua yang dapat membangkitkan amarah Allah SWT dan menyenangkan syetan. Setiap waktumu yang kau habiskan dalam kondisi ini, akan terus semakin menjauhkanmu dari Allah SWT dan semakin membawamu lebih dekat pada syetan. Setiap waktu kutukan dan kemarahan menuju kepadamu dari surga hingga kau bertaubat. Setiap hari membawamu semakin dekat kepada kematian. “tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain dari kesenangan yang memperdayakan” (QS Ali ‘Imran 3:185). Naikilah kereta untuk mengejar ketinggalan, saudariku, sebelum kereta itu melewati stasiunmu. Renungkan secara mendalam, saudariku, apa yang terjadi hari ini sebelum esok datang. Pikirkan tentang hal ini, saudariku, sekarang, sebelum semuanya terlambat !


Sumber oleh : Dr. Huwayda Ismaeel (terjemahan dari tulisan berbahasa Inggris)

Bismillah [hidayahnet] Hukum memakai jilbab bagi kaum wanita Sukarman

HUKUM MEMAKAI JILBAB

Wah, kata siapa berjilbab itu wajib. Saya tidak sepakat.Dianjurkan iya
dalam kondisi tertentu, tapi tidak wajib. Rimata
--- In [EMAIL PROTECTED], "dobing" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Jadi singkatnya soal Jilbab, menurut saya :
Jilbab adalah sebuah hukum yang sudah mutlak, dan tidak bisa ditawar lagi.
Adapun perempuan islam yang belum berjilbab, kewajiban kita adalah
mengingatkan secara baik, sedangkan hidayah itu adalah hak mutlak Allah.

rimata07 <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Wah, kata siapa berjilbab itu wajib.
Saya tidak sepakat. Klo menurut saya sih hal tsb tidak memerlukan
kesepakatan. Hukumnya jelas, tinggal kita mau mematuhi apa tidak.
Dianjurkan iya dalam kondisi tertentu, tapi tidak wajib. Dasarnya? Lukman
Hadi Dwi Purnomo [EMAIL PROTECTED]


Astaghfirullah ! Rim, Siapa yang bilang Jilbab tidak Wajib ? Kalau Ia orang
Muslim , Semoga Allah memberi Hidayah kepadanya, dan semoga ia bertaubat
dan semoga ia menjadi Muslimah yg Ta'at ! Kalau Ia Orang Kafir, Semoga
Allah juga memberi Hidayah kepadanya, dan semoga ia menjadi Muslimah yg
Ta'at ! "Market" [EMAIL PROTECTED]


Dalam hal ini saya salut juga dengan Anda lho Mas. Berani! Saya pernah
mengemudi mobil sendirian pergi ke kantor, dan di jalan baru saya ingat
bahwa saya lupa bawa STNK kendaraan saya tersebut. Sepanjang jalan, setiap
kali ngelihat polisi, saya deg-degan. Sedemikian groginya, sampai saya
sering diklaksonin oleh mobil yang dibelakang saya. Pulangnya saya naik
angkot, dan mobil saya parkir aja di kantor.

Saya sekarang bisa bayaning gimana jika Rimata lupa bawa STNK atau SIM
sewaktu bawa kendaraan. Kayaknya si, gak ada pengaruhnya, tul gak.
"Deri Dayandri" [EMAIL PROTECTED]


Takutnya mas deri ngga bawa STNK krn mas deri udah tahu hukumnya berkendara
tanpa STNK...jadi wajar aja klu kemudian membayangkan hal² yg terjadi
seandainya ketauan ama polisi..atau lbh parah lagi terjadi kecelakaan
sampai ada urusan polisi bisa runyam khan..? dan udah pasti hukuman apa yg
bakal mas deri terima. tapi klu mas rim ini..dia berani ada 2 sebab :
1. krn emang ngga tahu hukumnya
2. 2. Tahu, tapi memang ngga mau tau...
Tapi tentunya yg lbh tahu ya mas rim sendiri....mudah²an yg bersangkutan
bisa menerangkan atau menjelaskan di forum ini...atas dasar apa mas rim
mempunyai bahwa jilbab bukan sbh kewajiban bagi muslimah. "dobing"
[EMAIL PROTECTED]

Monggo Mas Rim... dijawab. "Wanto" [EMAIL PROTECTED]

Disini Mas Karman menjawab kalau boleh, kalau tidak berkenan didelete saja.


Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakutuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Bapak-bapak, Ibu-ibu, Saudara-saudaraku dan Adik-adiku yang
insya Allah dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta'aala.

Dengan adanya reformasi disegala bidang, kebebasan yang
kebablasan, bahkan sampai ke kaum hawa, pada khususnya
artis-artis, penyanyi-penyanyi dangdut, bakhan para
isteri-isteri pejabatpun ikut reformasi yaitu dengan memakai
pakaian yang sangat minim, berpakaian seronok, bahkan pakai BH
yang kendor yang payudaranya dilihatkan separo, ada yng CD nya
sengaja dilihatkan, apalagi pahanya yang mulus, rambutnya di
sasak seperti punuk unta, ada yang pakai kain kerudung namun
rambutnya dikluarkan separo, semua itu agar dilihat orang dan
supaya menarik penonton, sengaja onderdil atau bagian-bagian
tertentu sengaja dipamerkan di TV swasta, supaya dilihat oleh
orang banyak, justru merasa bangga dengan pamerannya tersebut,
mungkin dari itulah generasi muda kaum hawa ikut reformasi
pakai baju yang sangat minim memamerkan tubuhnya.
Na'udzubillahi mindzalik, Astaghfirullaahil'adzim.

Disini saya mengingatkan kepada keluarga dan anak-anak saya
khususnya dan bagi pembaca umumnya (kaum hawa) yang mengaku
beragama islam, yang mengaku orang muslimah, untuk mengetahui
apa "Hakekat memakai jilbab", walaupun tulisan ini sudah
berapa kali saya kirim kepada para pembaca lewat email. Sebagai
orang muslimah, sebagai orang islam sudah seharusnya menta'ati
menjalankan segala perintah Allah SWT dan menta'ati menjauhkan
/ menjauhi segala larangan dari Allah SW semua itu dilaksanakan
dengan ikhlah dan ridho Allah agar kita semua mendapat derajat
takwa yang tinggi disisi Allah SWT.

Pertanyaan saya apakah Anda sudah masuk agama Islam secara
menyeluruh, apakah Anda sudah menjadi Muslimah yang baik,
Apakah Anda sudah menjadi orang yang beriman? Marilah kita cek,
kita instrospeksi diri kita sendiri dengan membaca Firman Allah
SWT dibawah ini.

Peringatan untuk kaum hawa / muslimah:
Pertama: -Firman Allah SWT yang artinya: "Hai anak Adam,
sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat".Qs.Al A'Raaf (7) ayat 26.

Kedua; -"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara
laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka,
atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung. Qs.An Nuur (24) ayat 31.

Ketiga -Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari
haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah
atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak
(bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah
lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.Qs.An Nuur (24) ayat 60.

Keempat: -"Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha
penyayang." Qs.Al Ahzab (33) ayat 59.

Kelima : Dari HR Sahahih Imam Muslim: Dari Abu Hurairah r.a.
katanya Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Ada dua macam
penduduk neraka yang keduanya belum kelihatan olehku. Yang ke 1
(pertama). Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang
dipergunakan untuk memukul orang. Yang ke 2 (kedua).
Wanita-wanita yang berpakaian, tetapi sama juga dengan
bertelanjang, karena pakaiannya terlalu minim, terlalu tipis
atau tembus pandang, terlalu ketat, atau pakaian yang
merangsang kaum pria, karena sebagian auratnya terbuka, dan
wanita-wanita yang mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka
disasak bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat
masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Pada hal bau
surga dapat tercium dari jarak yang sangat jauh." H.R.Muslim
No.2004 Ket.penulis. Dalam arti kata baunya surga saja tidak
dapat, berarti akan dimasukkan ke neraka jahanan.
Na'udzubillaahi mindzalik.

Pertanyaanya: Apakah Anda sudah menjadi Muslimah yang baik,
sudah beriman, kalau masih belum melaksanakan perintah Allah
SWT seperti tersebut diatas?.

Dibawah ini ada kisah yang menharukan yang dikirim oleh saudara
kita lewat email semoga bermanfaat bagi yang membacanya insya
Allah.

Kisahnya:
Dibawah ini penulis sampaikan kisah nyata yang terjadi pada
adik perempuan sahabatnya dari Madiun, yang bekerja di salah
satu perusahaan asing, adik perempuannya meninggal dalam usia
remaja (alias ABG).

"HAKEKAT MEMAKAI JILBAB"
Kisah ini saya dapat dari sahabatku yang bekerja di salah satu
perusahaan asing, di Kaltim: Disini saya kutibkan kisah nyata
seorang gadis yang menginjak remaja atau kerennya jaman
sekarang (ABG) yang sebelumnya tidak karuan tingkah lakunya,
namun setelah sadar akan kekeliruannya dan sudah mengerti
"Higmah memakai jilbab" Allah memanggilnya. Subhanallah.

Kisah nyata ini semoga berguna bagi yang membacanya, terutama
kaum Hawa, juga bagi yang punya istri, yang punya anak
perempuan, adik perempuan, saudara perempuan, kakak perempuan,
yang masih punya Ibu, yang punya keponakan perempuan........

Ini cerita tentang adikku Nur Annisa , gadis yang baru beranjak
dewasa namun rada Bengal dan tomboy. Pada saat umur adikku
menginjak 17 tahun, perkembangan dari tingkah lakunya rada
mengkhawatirkan ibuku , banyak teman cowoknya yang datang
kerumah dan itu tidak mengenakkan ibuku sebagai seorang guru
ngaji.
Untuk mengantisipasi hal itu ibuku menyuruh adikku memakai
jilbab, namun selalu ditolaknya hingga timbul pertengkaran
pertengkaran kecil diantara mereka. Pernah satu kali adikku
berkata dengan suara yang rada keras: "Mama coba lihat deh ,
tetangga sebelah anaknya pakai jilbab namun kelakuannya ngga'
beda-beda ama kita-kita , malah teman-teman Ani yang disekolah
pake jilbab dibawa om om , sering jalan jalan , masih mending
Ani, walaupun begini-gini ani nggak pernah maa kaya gituan " ,
bila sudah seperti itu ibuku hanya mengelus dada, kadangkala
di akhir malam kulihat ibuku menangis , lirih terdengar doanya:
"Ya Allah , kenalkan Ani dengan hukum Engkau ya Allah ".

Pada satu hari didekat rumahku, ada tetangga baru yang baru
pindah. Satu keluarga dimana mempunyai enam anak yang masih
kecil kecil. Suaminya bernama Abu Khoiri (bukan Effendy Khoiri
lhoo) (entah nama aslinya siapa) aku kenal dengannya waktu di
masjid.

Setelah beberapa lama mereka pindah, timbul desas desus
mengenai istri dari Abu Khoiri yang tidak pernah keluar rumah ,
hingga dijuluki si buta , bisu, sombong dan tuli. Hal ini
terdengar pula oleh Adikku , dan dia bertanya sama aku: "Kak ,
memang yang baru pindah itu istrinya buta , bisu, sombong dan
tuli ? "..huss aku jawab sambil lalu" kalau kamu mau tahu
datangin aja langsung kerumahnya".

Eehhh tuuh, anak benar benar datang kerumah tetangga baru.
Sekembalinya dari rumah tetanggaku , kulihat perubahan yang
drastis pada wajahnya, wajahnya yang biasa cerah nggak pernah
muram atau lesu mejadi pucat pasi?.entah apa yang terjadi.?
Namun tidak kusangka selang dua hari kemudian dia meminta pada
ibuku untuk dibuatkan Jilbab ..yang panjang, lagi..rok panjang,
lengan panjang?aku sendiri jadi bingung?.aku tambah bingung
campur syukur kepada Allah SWT karena kulihat perubahan yang
ajaib..yah kubilang ajaib karena dia berubah total..tidak
banyak lagi anak cowok yang datang kerumah atau teman teman
wanitanya untuk sekedar bicara yang nggak karuan...kulihat dia
banyak merenung, banyak baca baca majalah islam yang biasanya
dia suka beli majalah anak muda kaya gadis atau femina ganti
jadi majalah majalah islam , dan kulihat ibadahnya pun melebihi
aku ?tak ketinggalan tahajudnya, baca Qur'annya, sholat sunat
nya?dan yang lebih menakjubkan lagi....bila teman ku datang dia
menundukkan pandangan?Segala puji bagi Engkau ya Allah SWT
jerit hatiku?Tidak berapa lama aku dapat panggilan kerja di
kalimantan, kerja di satu perusahaan asing (PMA). Dua bulan aku
bekerja disana aku dapat kabar bahwa adikku sakit keras hingga
ibuku memanggil ku untuk pulang ke rumah (rumahku di Madiun).

Di pesawat tak henti hentinya aku berdoa kepada Allah SWT agar
Adikku di beri kesembuhan, namun aku hanya berusaha, ketika aku
tiba di rumah, didepan pintu sudah banyak orang, tak dapat
kutahan aku lari masuk kedalam rumah, kulihat ibuku menangis,
aku langsung menghampiri dan memeluk ibuku, sambil tersendat
sendat ibuku bilang sama aku: "Dhi, adikkmu bisa ucapkan dua
kalimat Syahadah diakhir hidupnya "..Tak dapat kutahan air mata
ini... Setelah selesai acara penguburan dan lainnya, iseng aku
masuk kamar adikku dan kulihat Diary diatas mejanya..diary yang
selalu dia tulis. Diary tempat dia menghabiskan waktunya
sebelum tidur kala kulihat sewaktu almarhumah adikku masih
hidup, kemudian kubuka selembar demi selembar...hingga tertuju
pada satu halaman yang menguak misteri dan pertanyaan yang
selalu timbul di hatiku..perubahan yang terjadi ketika adikku
baru pulang dari rumah Abu Khoiri?disitu kulihat tanya jawab
antara adikku dan istri dari tetanggaku, isinya seperti ini :

Tanya jawab (kulihat dilembaran itu banyak bekas tetesan
airmata )

Annisa : Aku berguman (wajah wanita ini cerah dan bersinar
layaknya bidadari), ibu, wajah ibu sangat muda dan cantik.

Istri tetanggaku : Alhamdulillah, sesungguhnya kecantikan itu
datang dari lubuk hati.

Annisa : Tapi ibu kan udah punya anak enam, tapi masih
kelihatan cantik.

Istri tetanggaku : Subhanallah, sesungguhnya keindahan itu
milik Allah SWT dan bila Allah SWT berkehendak, siapakah yang
bisa menolaknya.

Annisa : Ibu, selama ini aku selalu disuruh memakai jilbab oleh
ibuku, namun aku selalu menolak karena aku pikir nggak masalah
aku nggak pakai jilbab asal aku tidak macam macam dan kulihat
banyak wanita memakai jilbab namun kelakuannya melebihi kami
yang tidak memakai jilbab, hingga aku nggak pernah mau untuk
pakai jilbab, menurut ibu bagaimana?

Istri tetanggaku : Duhai Annisa, sesungguhnya Allah SWT
menjadikan seluruh tubuh wanita ini perhiasan dari ujung rambut
hingga ujung kaki, segala sesuatu dari tubuh kita yang terlihat
oleh bukan muhrim kita semuanya akan dipertanggung jawabkan
dihadapan Allah SWT diakhirat nanti, di Yaumul Hisab nanti,
jilbab adalah hijab untuk wanita.

Coba Anisa kau dengarkan dan kau tulis, Ibu bacakan Firman
Allah SWT yang diabadikan didalam Al Qur'an yang artinya:

Pertama: "Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan
kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang
demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat".Qs.Al A'Raaf (7) ayat
26.

Kedua: " Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka,
atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara
laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka,
atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung. Qs.An Nuur (24): 31.

Ketiga: Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari
haid dan mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah
atas mereka dosa menanggalkan pakaian mereka dengan tidak
(bermaksud) menampakkan perhiasan, dan berlaku sopan adalah
lebih baik bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.Qs.An Nuur (24) ayat 60.

Keempat: "Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin: "Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha
penyayang." Qs.Al Ahzab (33) ayat 59.

Coba Anisa kau dengarkan dan kau tulis, Ibu bacakanan hadits
shahih dari Imam Muslim : Dari Abu Hurairah r.a. katanya
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Ada dua macam penduduk
neraka yang keduanya belum kelihatan olehku. Yang ke 1
(pertama). Kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, yang
dipergunakan untuk memukul orang. Yang ke 2 (kedua).
Wanita-wanita yang berpakaian, tetapi sama juga dengan
bertelanjang, karena pakaiannya terlalu minim, terlalu tipis
atau tembus pandang, terlalu ketat, atau pakaian yang
merangsang kaum pria, karena sebagian auratnya terbuka, dan
wanita-wanita yang mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka
disasak bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat
masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Pada hal bau
surga dapat tercium dari jarak yang sangat jauh." H.R.Muslim
No.2004

Annisa : Tapi yang kulihat banyak wanita yang memakai jilbab
yang kelakuannya nggak enak, nggak karuan.

Istri Tetanggaku : Jilbab hanyalah kain, namun hakekat atau
arti dari jilbab itu sendiri yang harus kita pahami dan
takutlah akan siksa Neraka Jahanan di akhirat nanti.

Annisa : Apa itu hakekat jilbab ?
Istri Tetanggaku : Hakekat jilbab adalah hijab lahir batin.
Hijab mata kamu dari memandang lelaki yang bukan muhrim kamu.
Hijab lidah kamu dari berghibah (ghosib) dan kesia-siaan,
usahakan selalu berdzikir kepada Allah SWT. Hijab telinga kamu
dari mendengar perkara yang mengundang mudharat baik untuk
dirimu maupun masyarakat. Hijab hidungmu dari mencium cium
segala yang berbau busuk. Hijab tangan-tangan kamu dari berbuat
yang tidak senonoh. Hijab kaki kamu dari melangkah menuju
maksiat. Hijab pikiran kamu dari berpikir yang mengundang
syetan untuk memperdayai nafsu kamu. Hijab hati kamu dari
sesuatu selain Allah SWT, semua itu akan menjerumuskan kamu
masuk ke "NERAKA JAHANAN" yang kekal selama-lamanya, bila kamu
sudah bisa memakai jilbab yang kamu pakai akan menyinari hati
kamu, sesuai perintah Allah SWT dan ajaran Nabi Muhammad SAW,
itu rahmat dari Allah SWT yang membuka pintu hati kamu, untuk
memakai jilbab sehingga kamu sudah bisa menghayati perintah
Allah SWT seperti ibu bacakan diatas tadi itulah " hakekat
memakai jilbab."

Annisa : Ibu aku jadi jelas sekarang dari arti jilbab, mudah
mudahan aku bisa pakai jilbab, namun bagaimana aku bisa
melaksanakan semuanya.

Istri tetanggaku : Duhai Anisa bila kamu sudah bisa memakai i
jilbab itulah karunia dan rahmat yang datang dari Allah SWT
yang Maha Pemberi Rahmat, yang Maha Penyayang, yang Maha
Pengampun, bila kamu menyukuri rahmat itu kamu akan diberi
kekuatan iman untuk melaksanakan amalan amalan jilbab hingga
mencapai kesempurnaan yang diinginkan Allah SWT.

Duhai Anisa, ingatlah akan satu hari dimana seluruh manusia
akan dibangkitkan dari kuburnya. Ketika ditiup terompet yang
kedua kali, pada saat ruh ruh manusia seperti anai anai yang
bertebaran dan dikumpulkan dalam satu padang yang tiada batas,
yang tanahnya dari logam yang panas, tidak ada rumput maupun
tumbuhan.

Ketika tujuh matahari didekatkan di atas kepala kita namun
keadaan gelap gulita. Ketika seluruh Nabi ketakutan. Ketika ibu
tidak memperdulikan anaknya, anak tidak memperdulikan ibunya,
bapak tidak bisa menolong anaknya, anak tidak bisa menolong
bapaknya, sanak saudara tidak kenal satu sama lain lagi, kadang
satu sama lain bisa menjadi musuh, satu amal saleh akan lebih
berharga dari segala sesuatu yang ada dialam dunia ini.

Ketika manusia berbaris dengan barisan yang panjang dan masing
masing hanya memperdulikan nasib dirinya, dan pada saat itu ada
yang berkeringat karena rasa takut yang luar biasa hingga
menenggelamkan dirinya, dan rupa rupa bentuk manusia bermacam
macam tergantung dari amalannya, ada yang melihat ketika
hidupnya namun buta ketika dibangkitkan, ada yang berbentuk
seperti hewan, ada yang berbentuk seperti syetan, semuanya
menangis, menangis karena hari itu Allah SWT murka, belum
pernah Allah SWT murka sebelum dan sesudah hari itu, hingga
ribuan tahun manusia didiamkan Allah SWT dipadang mahsyar yang
panas membara hingga Timbangan Mizan digelar itulah hari Yaumul
Hisab.

Duhai Annisa, bila kita tidak berusaha untuk beramal saleh
dihari ini, entah dengan apa nanti kita menjawab bila kita di
sidang oleh Yang Maha Perkasa, Yang Maha Besar, Yang Maha Kuat,
Yang Maha Agung, Allah SWT. Di Yaumul Hisab nanti! Di Hari
Perhitungan nanti!! Bila sewaktu-waktu Malaikat menjemput ajal
kita, karena kapan ajal kita akan dijemput kita tidak tahu
Anisa. Kapan saja pun akan terjadi bila ajal sudah tiba.

Sampai disini aku baca diarynya karena kulihat, berhenti dan
banyak tetesan airmata yang jatuh dari pelupuk matanya,
Subhanallah, kubalik lembar berikutnya dan kulihat tulisan,
kemudian kulihat tulisan kecil di bawahnya: buta, tuli, sombong
dan bisu, wanita yang tidak pernah melihat lelaki selain
muhrimnya, wanita yang tidak pernah mau mendengar perkara yang
dapat mengundang murka Allah SWT, wanita yang tidak pernah
berbicara ghibah, ghosib dan segala sesuatu yang mengundang
dosa dan sia sia tak tahan airmata ini pun jatuh membasahi
diary. Itulah yang dapat saya baca dari diarynya, semoga Allah
SWT menerima Adikku di sisi-Nya, Amin , Subhanallah.

Penulis
Kisah ini Allahu a'lam bishshawab kebenarannya, namun yang
penting kita mengambil higmahnya dari kisah tersebut diatas,
mungkin saja itu bisa saja terjadi kepada siapa saja, bila
Allah SWT menghendaki.

Bapak-Bapak, Ibu-ibu, Saudara-Saudaraku, adik-adikku,
Anak-anakku dan khususnya para kaum hawa, yang insya Allah
dimuliakan oleh Allah SWT.

Saya mengharap kisah ini bisa menjadi iktibar, menjadi
pelajaran bagi kita , bagi putri-putri kita semua. Semoga
meresap dihati yang membacanya dan semoga Allah SWT senantiasa
memberi petunjuk, memberi Rahmat, hidayah bagi yang membaca dan
menghayatinya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan iman kita untuk
menjalankan (memenuhi) segala perintah-Nya dan menjauhkan
segala yang dilarang-Nya, dan mendapat derajat takwa yang
tinggi, selamat didunia sampai di akhirat nanti, mendapat
pertolongan dan syafa'at di hari yaumul hisab dan mendapat
surga yang tinggi, amien.

Alhamdulillahirrabbil'alamin. Allaahu a'lam bish shawab,
billaahi taufik wal hidayah. Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi
wabarakatuh. Sukarman.

Bila anda mau beramal saleh, tolong di forward kepada orang
lain, atau diberikan kertas ini kepada orang lain agar dibaca,
supaya menambah iman dan taqwa bagi yang membacanya, insya
Allah.

Sumber: Al Qur'an dan terjemahnya, Hadits dan dari Email yang
saya terima..